Sebab seperti selalu diingatkan ibundanya, bahkan para penjajah yang tanpa alasan telah merenggut kemerdekaan dan mengeruk kekayaan bumi pertiwi itu, dalam setiap paginya memulai dengan doa. Hanya doa-doa mereka menguap bersama uap susu kental, mengangkasa tanpa jejak. Demikian pula ketika pada setangkup roti bermentega itu masuk ke dalam mulutnya, tak lupa disertai doa. Sayang doa itupun lenyap ketika siang harinya mereka berak. Nah, kita – demikian selalu diingat Alfiah dari kata-kata ibundanya itu – jangan sampai segala doa itu menguap. Itulah yang akan membedakan kita dari para penjajah yang hanya pandai membesarkan dan meninggikan badannya itu.
Informasi
Kamis, 26 Januari 2017
Cuplikan Novel Alfiah
Langganan:
Postingan (Atom)