Informasi

Novel Raden Pamanah Rasa bisa dipesan langsung SMS/WA ke 081310860817 Tafsir Wangsit Siliwangi bisa dipesan langsung SMS/WA 081310860817

Rabu, 25 Mei 2016

Kehler

ANGKAT TOPI UNTUK HELEN KEHLER http://erasura.blogspot.com/2016/05/angkat-topi-untuk-helen-kehler.html

ANGKAT TOPI UNTUK HELEN KEHLER

Oleh : E. Rokajat Asura It would be a blessing if each person could be blind and deaf for a few days during his grown-up live. It would make them see and appreciate their ability to experience the joy of sound. (Helen Adams Keller) Suatu hari saya mendapat email dari Anne Ahira – pakar internet marketing – yang sangat inspiratif, tentang kisah Helen Kehler. Pernah mendengar kisahnya ? Helen Adams Keller atau lebih populer dengan nama Helen Kehler adalah seorang perempuan yang dilahirkan buta dan tuli, lahir di Alabama, 27 Juni 1880 dan meningal di Connecticutt dalam usia 87 tahun. Ia menjelma menjadi sosok motivator yang tak pernah menganggap buta dan tuli sebagai hambatan untuk terus berkiprah dan memotivasi sesama. Kisah hidup Helen Kehler kemudian difilmkan dan berhasil meraih 2 piala Oscar. Helen adalah pemenang Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom dan The Lions Humanitarian Award. Buku terkenalnya “The World I Live In” dan “The Story of My Life” (diketik dengan huruf biasa dan Braille), menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan tidak kurang ke dalam 50 bahasa. Helen telah berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind. Dengan cacat sejak lahir, Helen tak bisa membaca, melihat dan mendengar. Siapapun tak akan ada yang bercita-cita terlahir ke dunia sebagai penyandang cacat. Pun seandainya Helen Kehler diberi pilihan, pasti akan memilih lahir ke dunia dalam keadaan normal. Namun berkat kegigihannya, dengan segala keterbatasan, ia justru mampu memberi motivasi dan semangat untuk mereka yang memiliki keterbatasan. Helen selalu mendorong – semua orang yang mengalami cacat seperti dirinya – agar mampu menjalani kehidupan seperti manusia normal meski itu sulit. Sangat sulit. Ia terkenal dengan ucapannya yang mampu memotivasi orang, seperti yang saya kutip di awal tulisan ini yang terjemahannya kurang lebih berarti sebuah anugerah bila setiap orang yang menginjak dewasa mengalami buta dan tuli beberapa hari saja. Dengan demikian, setiap orang akan lebih menghargai hidupnya, paling tidak saat mendengar suara. Coba kita beranda-andai. Andai kita buta dan tuli selama dua hari atau beberapa jam saja. Dunia ini akan senyap dan gelap. Semua yang indah, penuh warna, elok, cantik, hanya bisa dilihat dengan warna seragam : hitam. Alunan musik yang indah, nyanyian yang merdu, teriakan penuh semangat, rengekan dan rayuan, tak bisa didengar selain senyap ! Sebuah kondisi yang tak pernah terlintas dalam benak orang normal, bahkan tidak sekedar dalam penggalan mimpi. Helen Kehler – lewat ucapannya – telah menemukan kesejatian hidup. Tentang betapa kita sebagai manusia menjadi sosok yang senantiasa berkeluh-kesah, hingga kehabisan waktu untuk mensyukuri apa yang kita miliki. Padahal bisa jadi apa yang kita miliki – yang selalu kita alpa mensyukurinya – menjadi kemewahan bagi orang lain. Seandainya diijinkan bisa melihat satu hari saja – begitu keyakinan Helen – pasti akan mampu melakukan banyak hal termasuk membuat sebuah tulisan yang menarik. Bisa melihat bagi Helen Kehler adalah sebuah kemewahan, seperti juga bagi Nick Vujicic – seorang yang tidak memiliki kaki dan tangan – baginya bisa berjalan normal adalah sebuah kemewahan. Tak berhenti berkeluh kesah tentang banyak hal dari yang sepele sampai yang besar-besar, hanya akan menghabiskan waktu sehingga lupa untuk mensyukuri apa yang telah kita miliki. Mensyukuri tentang kehebatan yang sebenarnya kita miliki – dan mungkin tidak dimiliki orang lain – tidak pernah keluar sebagai sebuah kehebatan karena kadung tertutup oleh keluh kesah. Bahkan pada akhirnya anda sendiri tak pernah merasa telah memiliki kehebatan. Benar ucapan seorang guru yang sangat saya hormati, bersyukurlah ketika pilek, karena pada saat itulah anda akan merasa memiliki hidung. Manakala mendapatkan putra-putri kita tidak bisa mata pelajaran tertentu, tidak lantas kita berkeluh-kesah atau menghukum putra-putri kita sebagai ”anak bodoh”. Karena cara seperti itu justru yang akan semakin menenggelamkan kecerdasan mereka. Yang harus kita lakukan – seperti telah dilakukan Helen Kehler yang memiliki keterbatasan – adalah mensyukuri betapa menyenangkan putra-putri kita. Pada dasarnya tidak ada anak yang bodoh. Setidak-tidaknya seorang anak memiliki satu kelebihan yang jauh lebih menonjol dibanding anak-anak lain seusianya. Semakin dikembangkan kelebihan itu akan semakin menjadi kemampuan terbaiknya. Tugas kita selanjutnya – setelah belajar bersyukur – menemukan kelebihan putra-putri kita. Cara seperti itu akan jauh lebih baik dibanding menghabiskan waktu untuk berkeluh-kesah. Helen Kehler memang telah menemukan kesejatian hidup, sehingga kehadirannya menjadi berarti bagi sesama. Tapi untuk bisa menemukan kesejatian hidup seperti itu, perlu perjuangan dan perjuangan itu harus dimulai sejak kanak-kanak. D’ Arcy Lyness, seorang psikolog anak, seperti yang dipublikasikan oleh Kids Health, seorang anak membutuhkan kepercayaan diri bahkan ketika untuk pertama kalinya harus keluar rumah. Dan hal itu, tidak muncul dengan sendirinya. Kita sebagai orang tua harus ambil peranan, bukan menjadi seorang penuntut dan hakim yang bengis, melainkan menjadi seorang fasilitator dan katalisator. Untuk menjadi anak hebat – seperti Helen Kehler – tentu tidak bisa lewat mantra simsalabim atau meminta bantuan seorang illusionis. Seorang anak akan merasa percaya diri, bila ia mulai mampu melakukan hal-hal kecil. Coba perhatikan anak kita yang telah beranjak remaja, telah pintar memasang dasi sekolah sendiri, memilin tali sepatu sendiri, apakah kepandaiannya itu datang dengan sendirinya ? Tentu saja tidak. Masih ingatkah bagaimana ketika anak baru bisa berjalan, lalu betapa sangat sulitnya pekerjaan memasang kancing bajunya sendiri. Andai pada saat itu anda hanya memposisikan diri sebagai penuntut dan hakim yang bengis, bisa jadi pekerjaan memasang kancing kemejanya sendiri itu akan terus sulit sampai ia beranjak remaja. Masih menurut D’ Arcy Lyness yang memperoleh gelar Doktor dari sebuah universitas di Philadelpia, membangun anak hebat harus dimulai sejak dini. Sebagai orang tua harus turut membangun rasa percaya diri anak dengan memberi kesempatan seluas-luasnya untuk melejitkan kemampuannya. Tentu saja dengan tetap memperhatikan tahapan perkembangan anak. Sebagai fasilitator dan katalisator, orang tua dalam melejitkan kemampuan anak ada baiknya memperhatikan pendapat Bobbi De Porter, Presiden Learning Forum SuperCamp Oceanside, California yang menyebutnya dengan rumus ajaib 7x3. Rumus ajaib dari Bobbi De Porter merupakan desain pendidikan anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Bobbi De Porter membagi tahapan perkembangan seorang anak dalam tiga periode tujuh tahunan yaitu rentang 7 tahun pertama, rentang 7 tahun kedua dan rentang 7 tahun ketiga. Seorang anak pada usia rentang 7 tahun pertama, dibiarkan bebas bermain dan tidak boleh ada hukuman. Kemudian pada usia rentang 7 tahun kedua, telah diperkenalkan tentang baik dan buruk, sehingga mulai ada hukuman ketika ia melakukan keburukan dan pada usia rentang 7 tahun ketiga, kepada seorang anak telah diberikan alternatif-alternatif dan biarkan mereka memilih. Dengan begitu anak harus mempertanggung jawabkan segala pilihannya. Pada saat si kecil ingin merapihkan kamar tidurnya sendiri, sebagai fasilitator dan katalisator, orang tua cukup mengawasi. Berikan kesempatan si kecil untuk melakukan sesuatu. Kalaupun ternyata hasilnya tidak serapih sesuai dengan kriteria kerapihan anda, tak perlu lantas menghambatnya dengan cara mengambil peran anak untuk membereskan kamar tidur. Bila hal ini yang anda lakukan, anak akan menuduh dirinya sendiri tidak bisa merapihkan kamar tidur dan sampai kapanpun tidak akan merasa percaya dengan kemampuannya sendiri. Berantakan sedikit tidak mengapa, tapi anda telah menanamkan pada si kecil betapa dia anak yang hebat, yang memiliki kemampun untuk mengerjakan sesuatu yang baru. Tidak perlu berkeluh-kesah hanya karena si kecil tak bisa merapihkan tempat tidurnya sendiri. Mulailah berhenti berkeluh-kesah dan menggantinya dengan bersyukur, maka luar biasa banyaknya yang telah kita miliki dan tidak dimiliki orang lain. Hidup pun akan semakin terasa indah.

Bahasan

POSTKOLONIALISME DALAM CERPEN http://erasura.blogspot.com/2016/05/postkolonialisme-dalam-cerpen.html

POSTKOLONIALISME DALAM CERPEN

Postkolonialisme dalam Cerpen Asmarandana Karya Enang Rokajat Asura : Sifat Jajahan, Menempatkan satu  pihak lebih tinggi dari pihak lain
Karya dari seorang cerpenis bernama Enang Rokajat Asura yang berjudul Asmarandana ini, memiliki perpaduan cerita yang sangat menarik untuk mengalami kajian dalam salah satu teori sastra, yaitu  postkolonialisme. Dalam cerpen ini mungkin tidak terdapat unsur-unsur penjajah yang anda kutip adalah Belanda, tapi menghubungkan dengan sifat jajahan yang menempatkan pihak lebih tinggi dari pihak yang lain. Dapat terlihat dari cerpen ini, memiliki kunci-kunci yang menguatkan teori poskolonialisme, yaitu: adanya relasi kuasa, orientalisme, oksidentalisme, ambivalensi dan mimikri. Karmina merupakan tokoh pusat yang terdapat dalam cerita pendek ini.  Karmina seorang anak SMP yang tinggal bersama ibu, adik dan ayahnya. Tapi miris sekali perjalanan hidupnya, ayahnya dipasung oleh ibunya di gudang tua dan ibunya hanya sibuk bergulat dalam dunia perjudian. Bocah cantik ini memiliki kepintaran dan sangat dibanggakan oleh teman-temannya, terutama Ajeng. Ibu Karmina adalah seorang manusia yang masa mudanya mengalami kehidupan dunia yang sangat keras dan mengalami traumatik dalam kehidupannya. Ibu Karmina dibesarkan oleh keluarga yang sangat keras dan mengalami penyiksaan sampai akhirnya beliau dapat bebas lepas seperti burung, tetapi ibu Karmina tidak hanya diam, dia memberikan Karmina sebuah pengalaman yang tak sepantasnya dialami pada usianya. Karmina dijual oleh ibunya di sebuah rumah bordir dan berganti nama menjadi Novi. Tidak hanya itu ibu Karmina adalah seorang manusia tamak harta dan menyiksa suaminya yaitu ayah Karmina dan memasungnya dalam sebuah gudang pengab. Dalam cerpen karya Enang ini terdapat relasi kuasa antara orang tua dan anak, dimana Karmina memiliki relasi kuasa dengan ibunya dan ibunya sebagai penguasa dan mengalahkan kekuasaan ayahnya. Adanya orientalisme dan oksidentalisme pandangan ibu Karmina terhadap Karmina yang tidak menganggap Karmina adalah anak yang pintar dan dapat menaikan derajat keluarganya. Ibu Karmina hanya menganggap bahwa tubuh Karmina adalah sumber keuangannya. Sedangkan, Karmina menganggap ibunya adalah seorang ibu yang gila judi dan gila harta dan dia berfikir ingin bebas dari kejinya perlakuan ibunya. Dalam cerpen Asmarandana ini tokoh Karmina yang harus menjadi  pelacur dan berganti  nama menjadi Novi ini bukan kemauan Karmina tapi paksaan ibunya yang telah mendapat siksaan kehidupan saat muda sebelum menikah dengan ayah Karmina, terdapat ambivalensi dalam cerpen ini. Karena ibu Karmina mengalami trauma terhadap keluarganya dan ingin menyakiti. Ibu Karmina sendiri mengalami peniruan kelakuan yang menyerupai orang tuanya dan diaplikasikan terhadap Karmina dan suaminya yang disebut mimikri. Dalam cerpen Asmarandana ini terdapat sosok penjajah yaitu ibu Karmina yang pernah mengalami traumatik akibat penjajahan yang dia alami dengan orang tuanya dan memberikan pengalaman keji tersebut kepada anaknya Karmina, disini ibunya tidak melihat Karmina sebagai anak yang cerdas, tidak hanya Karmina suaminya sendiri ditempatkan pada sebuah gudang tua dalam keadaan terpasung. Ironis sekali kehidupan Karmina yang masa mudanya bekerja sebagai pelayan nikmat  yang melayani lelaki hidung belang. Dapat disimpulkan, teori postkolonialisme tidak hanya bercerita tentang penjajahan Belanda tetapi adanya sifat jajahan yang menempatkan derajat seseorang yang lebih tinggi dari pihak lain. (sumber : http://syarofi-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-80984-Sebuah%20Karya-Asmarandana.html)