Informasi

Novel Raden Pamanah Rasa bisa dipesan langsung SMS/WA ke 081310860817 Tafsir Wangsit Siliwangi bisa dipesan langsung SMS/WA 081310860817

Kamis, 09 Juni 2016

JODOH BODOH

Oleh : E.Rokajat Asura
Ada tiga sahabat karib sejak di sekolah menengah. Sebut saja Ari, Septian dan Harun, nama ketiga sahabat itu. Ketiganya kebetulan satu hobby, satu sekolah, satu kuliahan. Dan sekarang, luar biasanya, ketiganya juga bekerja di perusahaan yang sama. Kejadian langka ini tentu saja semakin mengukuhkan persahabatan mereka. Boleh dikata, tak ada Ari tanpa Septian dan Harun, demikian pula sebaliknya dimana ada Harun, bisa dipastikan di sana Septian dan Ari juga ada. Soal jodoh, ini juga terbilang aneh. Sampai sekarang ketiga sahabat kental itu masih juga belum ketemu jodohnya. Entah karena belum waktunya, entah karena seperti sangkaan orang-orang, ketiga sahabat itu sulit untuk dipisahkan. Mereka lebih mementingkan persahabatan daripada membangun rumah tangga. Khawatir kalaupun mereka menikah, anak istrinya bisa ditelantarkan kalau ada urusan yang menyangkut persahabatan mereka. Padahal secara fisik, ketiganya terbilang punya tampang di atas rata-rata dan hidup mapan pula. Suatu hari ada seorang wanita cantik, sebut saja Farah, karyawan baru di kantor ketiga sahabat itu. Entah kenapa pada saat yang sama ketiganya menaruh hati. Bahkan secara sembunyi-sembunyi mereka mulai mendekati wanita itu. Karena dianggap sebagai teman sekantor, Farah menyambut persahabatan ketiga cowok itu tanpa ada pretensi apa-apa. Ketika malam minggu tiba, tanpa disengaja pula, ketiga cowok itu datang berkunjung ke rumah Farah. Pertama datang adalah Ari. Selang lima menit muncul Harun, disusul kemudian sepuluh menit berikutnya Septian yang tiba. Tentu saja ketiganya kelabakan. Sementara Farah samasekali tidak menaruh curiga apa-apa. Dia menganggap karena memang ketiganya senang bertandang. Cuma itu. Farah hanya tahu sedikit tentang informasi bahwa ketiga lelaki itu sudah lama bersahabat. Senin hari di kantor ketika makan siang, ketiga lelaki itu berikrar, daripada persahabatan hancur, lebih baik tak seorang pun yang menjalin persahabat istimewa dengan Farah. Begitulah akhirnya, mereka seperti juga karyawan lain, hanya kalau ada urusan penting saja berhubungan dengan Farah. Apalagi antara ketiga lelaki itu dengan Farah berbeda departemen, sehingga akan sangat kentara apabila diantara mereka ada yang sengaja main mata. *** Selang beberapa bulan, Ari dipanggil orang tuanya ke Yogya. Katanya ada yang harus diomongkan. Maka dengan diantar ke bandara, Ari pulang kampung. Kedua sahabatnya pergi ke kantor dan bekerja seperti semula. Dua hari sejak kepulangan Ari, Septian dan Harun menerima telpon. Singkat saja isinya. Ternyata, katanya, Ari di Yogya akan dijodohkan dengan putri kenalan ayahnya. "Kamu terima ?" tanya Harun di telpon. "Saya lihat dulu, kalau cantik, sayang ‘kan dibuang begitu saja," canda Ari. Demikian pula ketika Septian menelpon, Ari menjawab persis seperti ia katakan kepada Harun. Seminggu kemudian Ari balik ke kantor. Ketemu dengan ketiga sahabatnya lagi. Pada satu kesempatan ia mulai ngobrol tentang proses penjodohan dengan putri sahabat ayahnya itu. "Cantik nggak ?" canda Septian "Di foto sih iya...tapi aku nggak begitu bisa mastiin, soalnya fotonya ‘kan waktu kuliah. Biasa, foto yang masih culun." "Namanya ?" "Adila Farahandira. Keren, nggak ?" "Lumayan !" "Kapan kamu janjian ketemu ?" "Katanya sih aku yang harus aktif, soalnya anak itu kerja di Jakarta juga. Tapi aku belum diberi nomor teleponnya," jawab Ari mengakhiri perbincangannya. Kisah Siti Nurbaya abad IT itu pun begitu saja terjadi. Pada satu kesempatan, Ari benar-benar dibuat tidak percaya. Betapa tidak, ternyata wanita yang dijodohkan ayahnya itu tidak lain adalah Farah. "Sorry, bukan aku ingin menghancurkan persahabatan kita, tapi aku samasekali tak menyangka kalau wanita itu adalah Farah," jelas Ari di depan dua sahabatnya. Septian dan Harun hanya saling pandang. Lalu keduanya tertawa. Ari jelas tidak mengerti. Ditatapnya kedua sahabatnya itu, tapi yang ditatap malah makin terpingkal. "Apaan sih ?" "Itu artinya kamu kena batunya. Kan ada peribahasa, jodoh itu bodoh, karena nggak bisa pilih-pilih. Yang dipilih malah lari, yang nggak dipilih datang sendiri," jelas Harun. "Kamu tahu, minggu depan aku juga tunangan. Tahu siapa gadis yang kumaksud ?" tanya Septian "Nggak tahu !" "Lasmi !" "Orang mana ?" "Jalan X No. 17 !" "Nggak salah kamu ?" "Kenapa ?" "Lha, itu kan rumahnya Harun !" "Itulah memang yang namanya jodoh itu bodoh, artinya nggak bisa diprediksi, nggak bisa dipilih-pilih." "Maksudnya ?" "Aku memang akan tunangan dengan adiknya Harun !" Mendengar penjelasan Septian seperti Ari hanya tersenyum. Soalnya ia ingat bener, dulu sewaktu masih kuliah, antara Septian dengan Lasmi, kerjanya berantem melulu. Kalau diam sebentar saja, itu namanya nggak seru. "Sayang ya," jelas Ari "Kenapa emang ?" Harun penasaran. "Aku nggak punya adik perempuan. Kalau punya, siapa tahu jodoh kamu justru dengan adikku." Harun hanya mesem. Ia memang belum punya jodoh. Tapi dengan melihat pengalaman masing-masing sahabatnya, terus-terang ia enggan untuk berandai-andai. Soalnya kalau berandai-andai, malah nggak jadi. Sebaliknya ia juga tidak mau pilih-pilih, khawatir yang tidak dipilih justru jodohnya. *** Ketika dua sahabatnya, Ari dan Septian menikah, Harun masih sendiri. Suatu hari ia diajak temannya yang lain ke kampungnya. Kebetulan ada acara pasar kaget, acara tahunan, yang biasanya seluruh penduduk tumplek menghadiri pesta itu. Diam-diam acara tahunan ini juga jadi semacam arena cari jodoh. Harun yang dari sananya memang senang menjelajahi pedesan, menerima dengan suka hati. Aku bisa berpetualang, alasannya. Di tempat pasar kaget ketika sedang memilih salah satu kerajinan desa itu, kaki Harun terinjak terumpah. Ia tidak saja menjerit tapi mencak-mencak. Tapi ketika melihat yang menginjak itu seorang nenek, keriput, rambutnya uban semua, ia kontan meminta maaf. Soalnya tidak mau menghina wanita, takut justru si nenek jadi jodohnya. Pasti lebih berabe. Pulang dari tempat itu, Harun begitu saja gemetaran ketika di jalan ketemu dengan si nenek kembali. Apalagi si nenek memaksanya mampir. Hanya karena takut menyinggung si nenek lah, Harun dan temannya bersedia mampir. "Nenek sudah berbuat kesalahan kemarin, menginjak anak ini. Hitung-hitung menebus dosa, mampir lah kalian. Nenek bersyukur kalian tidak menolak. Sebentar, nenek bikinin minum," aku si nenek jujur. "Nggak usah, Nek !" Harun melarang. "Nggak apa-apa, cuma air saja." Lalu si nenek batuk-batuk. Rupanya itu isyarat. Karena sebentar kemudian, seorang gadis cantik datang membawa nampan diisi minuman dan penganan. Harun melotot. Baru kali itu ia melihat wajah perempuan demikian sempurna. Tapi lagi-lagi ia tak mau beranda-andai, soalnya takut malah lari. Ia juga tidak mungkin tiba-tiba saja marah pada gadis cantik itu, dengan harapan akan berbalik jadi jodohnya. Ia sekarang benar-benar menyerahkan bulat-bulat pada keputusan Allah SWT. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar