Informasi
Senin, 06 Juni 2016
NOVEL PANGERAN DIPONEGORO DUBACA POLITISI
Berkisah soal intrik politik
LENSAINDONESIA.COM: Mantan kader Partai Demokrat, Gede Pasek Suardika melakukan kunjungan perdana ke rumah tahanan (Rutan) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menjenguk mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
“Ini adalah kunjungan pertama saya setelah Mas Anas ditahan,” ujar Gede Pasek pada LICOM di gedung KPK, Senin (27/01/2014).
Baca juga: HMI Surabaya serbu Kejati Jatim tuntut jaksa minta maaf dan Siang ini, Pengadilan Tipikor bacakan vonis Anas Urbaningrum
Pada kunjunganna kali ini, Gede Pasek membawakan buku fiksi sejarah untuk Anas Urbaningrum. Dua judul buku yang dibawa oleh Gede Pasek antara lain ‘Siapa Pengkhianat Diponegoro’ dan ‘Runtuhnya Majapahit’.
“Ini buku untuk bacaan Mas Anas, kebetulan saya suka fiksi sejarah. Saya tahu Mas Anas juga suka,” ungkap Gede Pasek.
Gede Pasek melanjutkan, isi buku yang dibawa hari ini memiliki pesan moral yang sangat baik. Ia mengungkapkan, lewat buku yang dibawa ada pesan untuk belajar dari sejarah. “Karena sejarah tidak pernah bohong,” tegas Gede Pasek.
Buku ‘Siapa Pengkhianat Diponegoro’ mengambil latar kehidupan Raden Ontowiryo alias Pangeran Diponegoro pada rentang 1800-1812 yang merupakan zaman kalabendu yang penuh konflik dan Diponegoro lahir sebagai Ratu Adil.
Ketika ditanya apakah buku ini merupakan satir kehidupan nyata dari kisah Anas Urbaningrum yang sering diungkapkan bagai sebuah novel, Gede Pasek membantah. “Ini hanya untuk bacaan, untuk belajar,” kilah Gede Pasek.
Sementara buku ‘Runtuhnya Majapahit’ mengambil latar setelah runtuhnya kerajaan Majapahit yang melahirkan beberapa kerajaan dari trah Brawijaya V. Intrik politik diwarnai dengan adegan berdarah menjadi hal yang biasa pada zaman itu.
Saling rebut kekuasaan dan berebut untuk saling diakui adalah penyebab tensi politik kala itu memanas. Kemudian muncul pertanyaan, siapa sebenarnya penerus perjuangan dan pemikiran Prabu Brawijaya V, Raden Patah atau Jaka Tingkir?
Mungkin Gede Pasek benar, sejarah tak pernah berbohong. Sejarah tetap menjadi sebuah pelajaran yang berharga. Seperti yang selama ini diungkapkan Anas Urbaningrum jika dirinya adalah tumbal dari intrik dan konspirasi politik.
Sejarah memang tak bohong, sejarah juga seringkali berulang. Namun sejarah mana yang terulang kali ini? Mungkin seorang Anas Urbaningrum telah menorehkan sejarah baru sebagai seseorang yang ditumbalkan atau memang seseorang yang salah.
Tapi seperti yang Anas Urbaningrum katakan saat pertama kali diperiksa sebagai tahanan KPK, saat ini sejarah yang ia toreh masih bagian awal dan akan ada bab-bab lain dalam buku versi dirinya mengenai sengkarut Sengkuni yang ia sebut sebagai penyebab nasibnya berurusan dengan KPK saat ini.@rizky
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar