Kesenian dan Budaya dalam Pertunjukan Badawang
Pada saat gelombang kesenian pop melanda sampai ke desa-desa, kesenian tradisional banyak yang mati suri. Terkecuali bila ada seorang tokoh yang peduli, sehingga dengan segenap daya dan upaya terus mempertahankan kesenian tradisional tersebut agar tetap hidup dan lestari. Namun tak banyak tokoh yang peduli seperti itu. Kalau ada yang peduli, tak jarang karena ada muatan dan misi lain, sehingga ketika misi tersebut berhasil diraihnya, banyak yang lupa kacang pada kulitnya. Karena situasi dan kondisi seperti itulah, banyak masyarakat modern yang tidak mengetahui tentang seni tradisional dari daerahnya, padahal mengusung nilai-nilai moral yang tinggi. Salah satu dari kesenian tradisional yang terlupakan tersebut adalah Badawang.
Memang tidak bisa dipungkiri bula belum banyak orang yang mengetahui salah satu kesenian dan budaya dari Jawa barat yang bernama Badawang ini. Budaya dan kepercayaan masyarakat Indonesia tentang hal-hal mistis tergambar jelas dalam setiap tokoh kesenian Badawang ini, meski pada perkembangannya kesenian ini telah mengalami perubahan dengan menampilkan bobodoran sehingga lebih lucu dan kocak. Adalah Kecamatan Rancaekek Wetan, Kabupaten Bandunglah, tempat kelahiran seorang novelis nasional E. Rokajat Asura, yang menjadi “rumah” bagi kesenian dan budaya yang bernama Kesenian Badawang. Dari daerah di timur Kabupaten Bandung inilah, Kesenian Badawang tumbuh dan bertahan hidup.
Tidak keliru bila ada yang mengatakan kesenian dan budaya Badawang memang masih kalah pamor dengan kesenian milik warga Betawi, Ondel-ondel. Sekalipun secara sekilas, kedua kesenian ini tampak sama. Bedanya, karakter yang diusung oleh kesenian Badawang adalah karakter atau tokoh yang berasal dari cerita pewayangan.
Badawang merupakan sebuah kesenian asli yang berasal dari Kecamatan Rancaekek. Hingga kini, kesenian Badawang masih terus bertahan di tengah-tengah gempuran teknologi yang kian gencar dan budaya pop yang demikian mewabah. Sebuah sanggar kesenian bernama Sanggar Tumaritis yang dimiliki sekaligus dikelola oleh Bapak Rahmat ini tetap setia mempertahankan dan berusaha mengembangkan kesenian Badawang.
Cakupan daerah tempat dimana kesenian Badawang ini memang tidak luas, masih di areal Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang sebelah selatan yang berbatasan. Begitu pula animo masyarakat untuk menanggap kesenian Badawang ini pun tidak banyak. Banyak hal yang membuat kesenian Badawang tidak menasional, padahal cukup banyak tokoh dari daerah Kecamatan Rancaekek ini yang telah menasional atau setidaknya telah punya nama untuk ukuran Propinsi Jawa Barat, di berbagai bidang. Sebut saja Keluarga Almasoem yang terkenal sebagai pengusaha bahan bakar minyak, yang juga lahir dan besar di Rancaekek, atau novelis E. Rokajat Asura yang juga lahir di Rancaekek, tak terhitung yang bergerak di bidang pendidikan serta menjadi politikus.
Tokoh Badawang
Tokoh-tokoh yang dimainkan dalam pertunjukan Badawang berasal dari tokoh pewayangan, seperti Sutiragen, Semar, Gareng, Petruk, Dewala, Cepot, dan Hanoman. Semua tokoh ini berbentuk raksasa dengan tinggi kira-kira mencapai 2 meter. Para tokoh ini tampil dengan berlenggok di sepanjang jalan sambil sesekali menghadirkan bobodoran yang sontak mengundang tawa setiap masyarakat yang menonton.
Badawang setinggi dua meteran tersebut memang tampak mencolok ketika mengikuti iring-iringan. Sebuah Badawang diusung oleh satu orang manusia yang memiliki kemampuan menari sekaligus juga memiliki kemampuan tenaga dan semangat. Seperti juga para pemain Ondel-ondel, kesenian Badawang bisa meramaikan rombongan atau iring-iringan. Jadi sebenarnya cara menggelar kesenian Badawang bisa fleksibel, untuk berbagai keperluan.
Fungsi Badawang
Seperti juga kesenian Ondel-ondel dari Betawi yang menjadi maskot propinsi DKI, kesenian Badawang bisa dipagelarkan kapan dan dimana saja untuk tujuan apapun. Namun sekalipun memiliki sifat fleksibel, dalam arti bisa dipagelarkan kapan dan dimana saja, kesenian Badawang tidak menjadi maskot propinsi Jawa Barat, bahkan tidak pula dijadikan maskot untuk Kabupaten Bandung, tempat dimana kesenian ini berasal. Bisa jadi untuk Kecamatan Rancekek sendiri, sepertinya tidak ada niatan untuk menjadikan kesenian Badawang sebagai salah satu maskotnya.
Secara umum kesenian Badawang digelar untuk beberapa cara, antara lain :
a. Badawang untuk Menyambut Pejabat Penting
Kesenian Badawang digunakan sebagai sebuah hiburan untuk menyambut kedatangan pejabat penting ke Bandung. Para pemain dengan peran Badawang yang dibawakannya berlenggak-lenggok menyambut pejabat yang bertamu. Pertunjukan seni ini sekaligus sebagai bentuk ucapan selamat datang dari Bandung yang terkenal dengan kota seni dan budaya.
Namun belakangan ini cara menyambut tamu pun sudah jarang menggunakan kesenian Badawang lagi. Mungkin karena pamornya masih kalah oleh kesenian lain dalam hal keperluan menyambut tamu tersebut. Namun untuk acara resmi yang ada di Kecamatan Rancaekek, kesenian Badawang memang masih dipertahankan.
b. Badawang untuk Mengisi Perayaan Hari Kemerdekaan
Selain berfungsi sebagai penyambut tamu penting Kota Bandung, kesenian Badawang selalu turut serta dalam mengisi acara perayaan hari kemerdekaan Indonesia, khususnya di Kabupaten Bandung. Bermula dari Desa Rancakek Wetan, iring-iringan Badawang berlenggok menyusuri jalanan dengan iringan musik sampai ke tempat yang dijadikan titik utama perayaan tujuh belasan.
Kesenian Badawang akan meramaikan suasana perayaan hari kemerdekaan tersebut, mengingat tubuhnya yang tinggi besar, sehingga tampak mencolok. Apalagi ketika pemain Badawang melenggak-lenggok mengikuti alunan musik pengiring, tak jarang mengundang gelak tawa. Namun karena tidak begitu familiar untuk anak-anak, tak sedikit anak-anak yang berdiri di pinggiran justru berhamburan menjauh ketika pemain Badawang lewat ke dekatnya. Namun sebenarnya kalau melihat ekspresinya, anak-anak tersebut tidak benar-benar ketakutan. Buktinya, ketika Badawang memalingkan wajah ke arah lain, dengan cepat anak-anakpun mengikutinya lagi.
Kesenian Badawang bagi anak-anak memang menarik perhatian, terutama karena ukuran tubuhnya yang tinggi besar bisa berkali lipat dibanding dengan ukuran tubuh anak-anak. Pada beberapa bagian tubuh Badawang juga dibuat dengan porsi tidak seimbang sehingga terlihat berlebihan. Namun justru karena berlebihan itulah menjadikan bentuk tubuh Badawang lucu, menarik perhatian bahkan seringkali menggelikan.
c. Badawang untuk Hiburan Acara Khitanan
Kesenian Badawang merupakan salah satu hiburan yang disajikan saat perayaan khitanan. Biasanya, dalam hiburan acara khitanan ini, pertunjukan Badawang sering pula dilengkapi dengan pertunjukan seni lain, yakni kuda renggong dan kuda lumping. Iring-iringan ini dilakukan dengan mengelilingi jalan, berawal dari lokasi pemilik hajatan, lapangan pertunjukan, dan kembali ke lokasi awal.
Tentu saja maksud iring-iringan tersebut selain sebagai pemberitahuan kepada tetangga jauh dan dekat tentang adanya anak yang dikhitan, sekaligus juga sebagai upaya untuk menghibur anak yang dikhitan. Dulu, proses khitan bagi seorang anak merupakan pengalaman baru yang mengerikan, sehingga bila tidak pandai dihibur dengan berbagai cara, bisa meninggalkan trauma ketakutan.
Musik Pengiring Kesenian Badawang
Sebagai salah satu kesenian, pertunjukan Badawang selalu dilengkapi dengan musik pengiring. Karena perjalanan yang lumayan jauh, alat musik yang dibawa pun tentu saja alat musik ringan, seperti gendang, goong, bedug, terompet, dan perlengkapan gamelan lainnya.
Sumber: http://www.anneahira.com/kesenian-dan-budaya.htm
Sumber Foto: Pikiran Rakyat Onlinehttp://rancaekek.co/2015/10/29/kesenian-dan-budaya-dalam-pertunjukan-badawang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar