Informasi

Novel Raden Pamanah Rasa bisa dipesan langsung SMS/WA ke 081310860817 Tafsir Wangsit Siliwangi bisa dipesan langsung SMS/WA 081310860817

Rabu, 27 April 2016

DONGENG SEBELUM TIDUR

Tradisi Dongeng Sebelum Tidur
HILANG NYALI MENGHADAPI POWER RANGERS
Kompas Minggu, 14 Januari 1996
Oleh : E. ROKAJAT ASURA

Akibat keseharian anak-anak yang terkungkung jam tayang televisi, tradisi dongeng sebelum tidur semakin tidak mendapat tempat. Boleh jadi tradisi mendongeng ini telah sekarat. Lantas kita pun harus rela kalau sastra lisan jenis prosa inipun sirna ditelan belantara massa. Kendati sebenarnya tradisi mendongeng yang disampaikan seorang ibu atau nenek seraya mengisik-isik kepala sambil memperkenalkan dunia besar kepada anak-cucu secara tidak langsung, kerap menjadi hiburan sebelum tidur.
Ternyata kita sedang disadarkan betapa sebuah perputaran waktu begitu leluasa membunuh sebuah tradisi dari sebuah peradaban yang sebelumnya tertata baik sebagai pranata sosial. Penulis jadi teringat bagaimana sedihnya tokoh Sri Sumarah melihat anaknya, Tun, yang telah berubah ketika dia melantunkan tembang, dalam Sri Sumarah dan Bawuk-nya Umar Khayam.

“Sri ingat dulu pada siang-siang begitu dia akan menyerahkan samasekali badan, pikiran dan perasaannya pada suasana yang dikembangkan embahnya. Suara embahnya, elusan jari-jari embahnya pada kulit kepalanya, keteduhan kamar rumah desa itu adalah suatu kesatuan yang mengeloni Sri. Sedang Tun tidak. Dia menikmati itu sepotong-sepotong. Umpamanya, di tengah yang agak panjang, pada waktu baru selesai beberapa bait, Tun akan lari sebentar ke luar kamar ambil sepotong pisang atau buah lainnya, dikunyah-kunyahnya sambil kembali ke kamar, menggeletak di samping ibunya lagi, siap mendengarkan tembang berikutnya…” (Sri Sumarah dan Bawuk : 23)

Kini keadaan memang telah berubah. Jangankan mendengar sepotong-sepotong seperti Tun. Seperempat dari sepotong saja tidak. Menjelang sore seorang anak dusunpun telah siap memutar remote control televisi, dibenaknya terekam kehebatan Power Ranger, Kurakura Ninja, Speed Ranger, Roboocop, Jiban atau Astro Boy. Atau kalau bukan pada televisi, ia telah menyerahkan samasekali badan, pikiran dan perasaan pada sebuah radio transistor atau video games. Jangan melamun bahwa sore-sore sekarang diisi dengan mendengarkan kisah Sangkuriang atau Abu Nawas.
Seperti juga Sri memandang kelakuan Tun, kendati telah menangkap betapa tradisi dongeng sebelum tidur hilang, kita tak bisa berbuat apa-apa. Zaman Sri hidup dengan embahnya memang tidak sama dengan hidup Sri dan Tun yang sekolah di kota, seperti juga anak-anak sekarang dengan moyangnya. Jika dulu tradisi mendongeng sebelum tidur telah menjadi sebuah media yang tepat untuk menata perilaku seorang anak sebelum beranjak dewasa, kini boleh jadi dianggap mengulang ketidakpastian. Sekalipun sebenarnya telah menyia-nyiakan nuansa bagaimana ajaran hidup tanpa sadar disampaikan ke dalam hati dengan sangat manis.
Tradisi dongeng bukan tidak ada samasekali sekarang ini. Masih ada dongeng di radio dalam berbagai versi dan bahasa. Secara teknis dan mutu, dongeng di radio memang cukup membanggakan. Namun secara didaktis, kita tidak bisa berharap banyak. Dongeng di radio dengan pemilihan tema yang tidak terkontrol, semata-mata hanya membungkus produk (iklan), kehadirannya bukan beranjak dari kesadaran mempertahankan tradisi.
Kenyataan seperti itu samasekali beda dengan tradisi mendongeng yang disampaikan langsung. Ketika seorang nenek menceritakan Anjing Yang Loba disamping ingin mengeloni, si nenekpun hendak memperkenalkan bagaimana sebenarnya ketamakan dapat memberanggus seseorang. Bagaimana subjektivitas seseorang dalam menilai sesuatu yang sering mencelakakan diri sendiri atau orang lain, bisa didongengkan kisah Anjing Dengan Buah Anggur.
Cukup banyak dongeng yang mengandung nilai didaktis yang biasanya telah dihapal di luar kepala. Sebut saja dongeng Si Kancil, Burung Gagak dengan Burung Hantu, Hikayat Mahabrata, Ramayana, Hikayat Sang Boma, Lutung Kasarung, Ciung Wanara, Malin Kundang atau Sangkuriang. Semuanya – biasanya – disampaikan pada seorang anak dengan suara yang terkadang datar, ekspresif, bahkan lirih manakala tokoh ceritanya dirundung malang.
Itu memang dulu. Kini tidak ada lagi. Juntrungnya, komunikasi yang harmonis antara nenek-cucu seolah menjadi samar. Padahal sewaktu mendongeng si nenek dengan interpretasinya sendiri bisa menyelipkan pesan etika bergaul dan kebesaran Pencipta. Bahkan melalui gerak mimik dan perubahan aksentuasi suara sewaktu mendongeng, lambat laun turut menajamkan imajinasi anak yang tentunya kelak sangat berpengaruh pada daya apresiasinya.
Mendongeng bukanlah sebatas meninabobokan seorang anak agar tertidur. Dongeng seperti juga tayangan cerita anak-anak di televisi, memberi kontribusi besar pada perilaku seorang anak. Dongeng bisa juga dijadikan medium transformasi nilai dan etika agar sorang anak berbudi luhur, lewat karakter dan perilaku tokoh-tokoh ciptaan itu. Bahkan dongeng, begitu kesimpulan Rudolf Geiger, seorang pakar pada Klinik Psikiatri di Freiburg, Jerman, dapat menyembuhkan seseorang. Kesenangan Geiger mendongeng kepada para pasiennya membuat mereka lebih nyenyak tidur dibanding sebelumnya.
Begitupun seorang pakar dari Lembaga Pencinta Dongeng Eropa (sebuah lembaga terbesar setelah Goethe, Schiller dan Theodor Storm) menyebutkan bahwa dongeng yang biasa diceritakan oleh tentara, nelayan, penebang kayu dan para pengembara, ternyata tidak cuma menjadi pengisi waktu, namun juga terbukti menjadi pengusir rasa takut.
Dongeng lisan dengan gaya yang khas seorang nenek, mengajar kehidupan dengan segar. Sayang, tradisi dongeng lisan ini kalah bersaing dengan sajian di media elektronik. Dan si nenek pun kini hanya bisa berandai-andai cucunya masih suka dikeloni seraya diisik-isik, sehingga tradisi dongeng lisan masih akan terus langgeng. Tapi sayang, cucunya sudah tidak mau dekat lagi tidak suka diisik-siik lagi karena rambutnya baru saja dicreambath dan dongeng kalah ramai dengan Power Rangers. Seperti juga Sri Sumarah, si nenek hanya mengelus dada, tokh akhirnya Tun terus berjalan dengan caranya sendiri.
****








Tidak ada komentar:

Posting Komentar