SENIN, 12 MEI 2008
PRAKTIK PENGGEMBLAKAN
PRAKTIK PENGGEMBLAKAN
gambaran atau suatu realita kehidupan manusia. Suatu karya sastra di maksudkan untuk memahami suatu realita yang bersifat objektif, yang terpampang di hadapan kita. Hal ini bertolak dari pendapat Aristoteles, yang mengatakan bahwa sastra bersifat imajinatif yang berasal dari kenyataan yang terjadi sesungguhnya, tetapi bukan merupakan jiplakan semata.
Novel sebagai bentuk karya sastra lebih mencerminkan gambaran tokoh yang berangkat dari realitas social. Pengarang adalah bagian dari anggota masyarakat, sedikit banyak tidak terlepas dari pengaruh social budaya. Oleh karena itu, sangatlah beralasan jika di temui beberapa karya sastra yang mencerminkan kehidupan pengarangnya.
Karya sastra tidak hadir dengan sendirinya tetapi merupakan lingkaran hubungan antara sastra dan segala persoalanya, maka kehidupan sastra tanpa adanya manusia tidak ada gunanya, dan sastra itu sendiri tidak akan berkembang seperti ini. Manusia merupakan unsure terpenting dalam kehidupan sastra. Dan untuk menelaah kehidupan manusia dengan segala persoalanya dalam suatu karya sastra, kita membutuhkan alat Bantu yaitu sosiologi sastra.
Endraswara (2003:89) menyebutkan bahwa karya satra cenderung menentukan keadaan masyarakat, mau tidak mau akan menjadi saksi zaman. Oleh karena itu salah satu pengarang yang mencerminkan keadaan sasial masyarakat dalam setiap karya sastranya.
Realitas sosial yang di gambarkan amat menyentuh. novel Toenggoel Karya Eer Asura menggambarkan kehidupan seorang gemblak dengan berbagai permasalahan realitas sosial dengan perspektif barunya tentang tradisi dan budaya yang ada dalam masyarakat. Novel ini mendobrak tradisi sekaligus memberi prespektif baru tentang kebudayaan gemblak.
Novel Toenggoel karya Eer Asura mengedepankan tentang kehidupan gemblak yaitu sebagai pasangan homoseksual seorang warok dan semuanya itu tidak lepas dari kehidupan reyog. Novel ini mengisahkan perjalanan kehidupan seorang gemblak Sapto lingo dengan Waroknya Hardo wasiso dengan berbagai permasalahan yang di hadapi. Sapto linggo yang merelakan dirinya menjadi seorang piaraan seorang warok sakti dari daerah maguan. Namun sapto bukanlah gemblak kebanyakan yang menadah hari esok dengan segala tiba. Tapi Ia sadar dan bahwa takdirnya harus dan bisa berubah.
Selain itu, Eer Asura juga menganggap kebudayaan gemblak adalah salah satu sifat kapitalisme yang telah merendahkan, menekan, dan memarginalkan kaum gemblak karna sebagai seorang gemblak harus patuh atas perintah seorang warok, hal ini membuat gemblak berada dalam posisi yang sulit, apalagi jika hidup di zaman yang sudah modern seperti ini, banyak hal-hal yang baru yang seharusnya di hadapi oleh gemblak, tetapi pakem-pakem adat istiadat yang tertanam kuat dalam kehidupan reyog mereka terhambat untuk maju. Sehingga seorang gemblak yang ingin maju, mereka harus bekerja keras untuk menghadapi terror psikis dan teror fisik.
Demikianlah keadaan gemblak yang tergambar sangat menonjol dalam novel Toenggoel. Seperti yang tergambar di atas memperlihatkan bahwa menjadi seorang gemblak ternyata telah menimbulkan ketidakadilan berupa pembagian hak yang tidak sama antar sesama manusia. Salah satu ketidakadilan inilah yang ingin di tunjukkan oleh Eer Asura.
gambaran atau suatu realita kehidupan manusia. Suatu karya sastra di maksudkan untuk memahami suatu realita yang bersifat objektif, yang terpampang di hadapan kita. Hal ini bertolak dari pendapat Aristoteles, yang mengatakan bahwa sastra bersifat imajinatif yang berasal dari kenyataan yang terjadi sesungguhnya, tetapi bukan merupakan jiplakan semata.
Novel sebagai bentuk karya sastra lebih mencerminkan gambaran tokoh yang berangkat dari realitas social. Pengarang adalah bagian dari anggota masyarakat, sedikit banyak tidak terlepas dari pengaruh social budaya. Oleh karena itu, sangatlah beralasan jika di temui beberapa karya sastra yang mencerminkan kehidupan pengarangnya.
Karya sastra tidak hadir dengan sendirinya tetapi merupakan lingkaran hubungan antara sastra dan segala persoalanya, maka kehidupan sastra tanpa adanya manusia tidak ada gunanya, dan sastra itu sendiri tidak akan berkembang seperti ini. Manusia merupakan unsure terpenting dalam kehidupan sastra. Dan untuk menelaah kehidupan manusia dengan segala persoalanya dalam suatu karya sastra, kita membutuhkan alat Bantu yaitu sosiologi sastra.
Endraswara (2003:89) menyebutkan bahwa karya satra cenderung menentukan keadaan masyarakat, mau tidak mau akan menjadi saksi zaman. Oleh karena itu salah satu pengarang yang mencerminkan keadaan sasial masyarakat dalam setiap karya sastranya.
Realitas sosial yang di gambarkan amat menyentuh. novel Toenggoel Karya Eer Asura menggambarkan kehidupan seorang gemblak dengan berbagai permasalahan realitas sosial dengan perspektif barunya tentang tradisi dan budaya yang ada dalam masyarakat. Novel ini mendobrak tradisi sekaligus memberi prespektif baru tentang kebudayaan gemblak.
Novel Toenggoel karya Eer Asura mengedepankan tentang kehidupan gemblak yaitu sebagai pasangan homoseksual seorang warok dan semuanya itu tidak lepas dari kehidupan reyog. Novel ini mengisahkan perjalanan kehidupan seorang gemblak Sapto lingo dengan Waroknya Hardo wasiso dengan berbagai permasalahan yang di hadapi. Sapto linggo yang merelakan dirinya menjadi seorang piaraan seorang warok sakti dari daerah maguan. Namun sapto bukanlah gemblak kebanyakan yang menadah hari esok dengan segala tiba. Tapi Ia sadar dan bahwa takdirnya harus dan bisa berubah.
Selain itu, Eer Asura juga menganggap kebudayaan gemblak adalah salah satu sifat kapitalisme yang telah merendahkan, menekan, dan memarginalkan kaum gemblak karna sebagai seorang gemblak harus patuh atas perintah seorang warok, hal ini membuat gemblak berada dalam posisi yang sulit, apalagi jika hidup di zaman yang sudah modern seperti ini, banyak hal-hal yang baru yang seharusnya di hadapi oleh gemblak, tetapi pakem-pakem adat istiadat yang tertanam kuat dalam kehidupan reyog mereka terhambat untuk maju. Sehingga seorang gemblak yang ingin maju, mereka harus bekerja keras untuk menghadapi terror psikis dan teror fisik.
Demikianlah keadaan gemblak yang tergambar sangat menonjol dalam novel Toenggoel. Seperti yang tergambar di atas memperlihatkan bahwa menjadi seorang gemblak ternyata telah menimbulkan ketidakadilan berupa pembagian hak yang tidak sama antar sesama manusia. Salah satu ketidakadilan inilah yang ingin di tunjukkan oleh Eer Asura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar